Selasa, 01 Januari 2008
Perayaan Tahun Baru, dari mana asal usulnya??
Semalam, banyak diantara kita yang merayakan tahun baru. Mereka sekedar ikut-ikutan. Tiup terompet, mercon, konvoi, musik, bahkan sampai ke pesta kemaksiatan. Na’udzubillahimindzaalik. Bahkan bisa saya katakan acara yang full hura-hura itu penuh madharat. Adakah manfaatnya?? Bagi orang-orang yang merayakan, hanya sebagai pelampiasan kesenangan. Padahal pada hakikatnya, kesempatan kita tuk menikmati dunia semakin berkurang.
Lalu, darimana sih asal muasal perayaan itu?? Konon pertama kali yang merayakan adalah bangsa Babilonia, 2000 sebelum Masehi, setiap tanggal 23 Maret, serta bertahan sampai 11 hari. Tanggal itu dipilih karena memasuki musim semi, ketika tanaman baru mulai ditanam. Ada lagi yang menyimpulkan, perayaan ini adalah warisan Julius Caesar tahun 46 sebelum masehi. Tepatnya ketika ia menciptakan sistem kalender baru. Hanya kemudian perayaannya tidak selalu sama. Pernah juga tanggal dan bulan lain. Kalender Romawi Kunomalah menjadikan 1 Maret sebagai perayaan peralihan tahun. Namun, abad ke-16 kembali menjadi 1 Januari yang berlangsung sampai kini. (disarikan dari KR, 31 Desember 2007 hal. 12)
Telah jelas, darimana asal muasal perayaan itu. Siapa yang kita ikuti?? Jika kita mengaku seorang muslim berarti kita mengekor budaya orang lain. Suatu bentuk tasyabbuh (menyerupai) kebiasaan orang-orang di luar Islam. Padahal itu jelas dilarang. “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia adalah bagian dari kaum tersebut.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ahmad). Itu dasarnya. Nah loh…trus gimana kita sebagai muslim menghadapinya?? Biasa aja lah..ga usah ikut2an keluar, dll. Kita lebih banyak melihat cela diri kita tuk selalu memperbaiki diri dan muhasabah. Muhasabah bukan cuma di akhir tahun. Instrospeksi tiap saat, itulah sebenar-benar yang kita lakukan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan isikan komentar. Terima kasih